Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Si Hisyam


Hafidzah Arumdina

Setiap aku berangkat sekolah, selalu terdengar suara gaduh di lapangan sekolah. 

Dibalik suara gaduh itu ternyata hanya perkara sepele. 

Penyebabnya selalu sama yaitu kejahilan teman-teman sampai terjadi perkelahian di antara mereka.

Guru-guru disekitar lapangan dengan sigap melerai perkelahian tersebut. 

"Hisyam! Kamu segera ke ruang BK sekarang!" Perintah salah satu guru. 

"Hisyam? Siapa Hisyam? Oh ya, dia kan anak baru disekolah sekaligus dia teman seangkatanku. Padahal dia baru pindah seminggu yang lalu, sudah bikin onar saja" pikir ku sambil berjalan menuju tangga.


Hisyam sering dipanggil guru BK karena kegaduhan yang dia buat. Dia gak kapok-kapok rupanya. 

Saat bel masuk, kami seperti biasa melakukan doa bersama dan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum memulai pelajaran. 

Guruku masuk kedalam kelas dengan anak laki-laki yang tidak asing bagiku. 

"Assalamualaikum Wr.Wb. Selamat Pagi anak-anak, sebelum memulai pelajaran, ibu mau memperkenalkan anak yg baru pindah Minggu lalu"

"Sekarang anaknya juga harus pindah kelas, karena ada ketidakcocokan terhadap temannya"

"Ayo mas perkenalkan diri ke teman-teman mu" kata ibu Sina. 

Seisi kelas masih terdiam sambil menanti anak itu memperkenalkan dirinya. 

"Nama saya Abdul Dwi Hisyam Prasetyo" kenal Hisyam. "Sudah Bu, boleh saya langsung duduk?" tanya Hisyam. 

"Lha, kamu gak kasih alasan kenapa pindah kelas?" Tanya ibu balik.

"Saya gak usah kasih alasan Bu, rahasia" meringis Hisyam. 

"Hadeh.... Karep mu nak. Yo wis boleh duduk." Capek ibu. 

Aku melihat teman-teman perempuan ku senyum-senyum sendiri sambil liat ke Hisyam. "heh, ya Allah ganteng e" ujar salah satu teman ku sambil menepuk punggung teman sebangkunya. 

Ganteng dari mananya dia suka bikin onar terus disekolah.

..

Bu Sina sedang mengajar materi mapel Seni di kelasku. 

"Baiklah, sekarang ibu beri tugas gambarlah perspektif 2 titik hilang, kalian boleh cari contohnya dari media manapun dan kalian boleh pakai imajinasi diri ssendir"

"Dan jangan lupa beri nama, no.absen dan kelas ya. Gak dikasih warna gpp." Perintah Bu Sina. 

Teman-temanku dengan segera mengerjakan tugas yang diberi. 

Namun tidak dengan si Hisyam, bukannya mengerjakan tugas malah klotekan sekaligus menjahili teman-temanku.

Bu Sina langsung menegur Hisyam dan menyuruh nya mengerjakan tugas yang telah diberi. 

"Iya Bu, iya" jawab Hisyam. 

Yang benar saja, dia meminjam alat tulis teman-temanku serta minta robekan kertas buku gambar. 

Aku kira dia akan meminjam ke teman ku, dia tiba-tiba menghampiriku. 

Aku kira dia tidak akan segan mengambil alat tulis dan kertas buku gambar yang sudah ada dimejaku.

Di luar dugaan, dia malah bertanya namaku dan meminta izin untuk meminjam. 

"Iku... opo.. sopo jeneng mu?" Tanya dia malu-malu. 

"Jeneng ku Arum Sumiyati" jawabku sambil menggambar. 

"Oh... Aku boleh pinjam pensil, penghapus, penggaris enggak? Sama minta kertas gambar robekan?" Tanya dia senyum.

"Hemmm.... Gak bondo temen awakmu" sahut ku. 

"Ayo lhaa, aku pinjem sebentar, nanti ku kembalikan" Tawar nya. 

"Yo wis... Nih" setujuku sambil memberikan apa yang dia pinjam.

Setelah jam pelajaran Seni, bel istirahat berbunyi aku langsung menagih Hisyam untuk mengembalikan alat tulisku. 

"Nih, makasih yo" ucap Hisyam sambil meletakkan alat tulis di mejaku. 

Aku terkejut penghapusku telah menjadi 2 bagian, 1 bagiannya hilang dan penggarisku juga patah. Aku marah dan spontan menamparnya. 

"Lapo awakmu nampar aku?!" Tanya Hisyam keras. 

"Lha awakmu gak sadar, awakmu wis ngerusak penghapus Karo penggarisku" jawabku dengan lantang. 

"Hei Syam, ojok main-main karo Arum, dia itu pesilat dan dia ga segan-segan lho" bisik Danu ke Hisyam. 

Hisyam hanya meringis seperti tidak percaya "Yo wis Rum awakmu tuku o maneh" kata nya dengan santai. 

"Gak usah pinjam lagi!" Kataku marah. 

Saat jam Proyek, walikelas ku berkata bahwa Hisyam telah menjadi tanggung jawab kelas ku untuk menangani si Hisyam. 

'Semoga Hisyam tidak bikin onar lagi lebih dari ini' gumam ku.

..

Setiap hari Hisyam selalu ada panggilan dari ruang guru karena sikap onarnya di sekolah. 

Tapi entah kenapa Hisyam selalu bersikap kalem kalau di depanku.  

Suatu hari, saat jam pelajaran IPA, guru ku bingung kenapa proyektor dikelasku mati padahal akan digunakan untuk materi pelajaran. 


Tiba-tiba aku mendengar suara gaduh di teras kelas yang tidak jauh dari kelasku.

Ternyata ada guru BK sedang menjewer Hisyam sambil berjalan menuju kelasku.

Guru BK mengatakan bahwa yang mematikan panel listrik di sekolah adalah Hisyam. 

Untuk kesekian kalinya Guru BK memarahi Hisyam dengan lantang didepan teman-temanku. 

Namun kami sekelas sudah terbiasa mendengar teguran guru-guru di kelas karena kelakuan Hisyam. 

Kami selalu menjawab teguran guru-guru dengan jawaban yang sama yaitu "Pak/Bu, Hisyam sudah kami tegur, sudah kami marahi. Anak nya masih seperti itu dan masih mengulangi nya lagi Pak/Bu".

Bahkan setiap jam istirahat dan jam pulang, Hisyam selalu bikin onar. Seperti dia sering menantang kakak kelas untuk tawuran. 

Dia pernah mengambil ikan di kolam ikan sekolah. Berkali-kali panel listrik dimatikan diam-diam. Kipas angin di kelas ku selalu dia otak-atik hingga rusak. 

Beberapa kali dia menyiram temannya yang sedang dikamar mandi. 

"Seperti Anak Berkebutuhan Khusus ae arek iku" ujar teman-teman laki-lakiku sambil melihat kelakuan Hisyam seperti tidak ada habis nya. 

..

Walaupun Hisyam memiliki bakat dalam olahraga Voli dan dia juga aktif dalam latihan serta pertandingan bela diri. 

Namun akhirnya, pihak sekolah mengeluarkan Hisyam dari sekolah karena kenakalan nya. 

Dan meletakkan Hisyam di sekolah lain. Saat hari kelulusan, aku mendengar cerita dari temanku yang rumahnya dekat dengan rumah Hisyam bahwa Hisyam akan dipondokkan di Lirboyo, Kediri.

"Mungkin ini keputusan orang tua nya, agar gak bikin onar yang parah lagi dan gak akan nakal lagi" pikir ku. 

..

6 tahun kemudian, aku bertemu si Hisyam lagi. 

Aku terkejut, aku melihat banyak perubahan pada dirinya seperti muka, postur tubuh bahkan cara berjalannya. 

Saat di kelas jurusan seni, aku sedang termenung sambil melihat pintu kelas dengan keadaan pintu terbuka.


Hisyam selalu lewat depan kelas jurusan ku, banyak teman-teman ku dikelas bilang bahwa seorang siswa bernama Hisyam dia sedang mencari ku, mereka mengatakan hal itu setiap hari.

Suatu hari, di area pintu masuk kampus, Hisyam memanggil ku "Arum!". 

Aku yang sedang berjalan masuk ke kampus menghentikan langkahku. 

Aku membalikkan badan dan bertanya 

"oh si Hisyam toh, mau bikin onar lagi kah? Ternyata kamu gak kapok-kapok di marahi, ditegur, apalagi sampai kamu dijewer hingga memerah telinga mu. Jangan sampai kau-"

 "BUKAN!! Bukan itu mau ku sekarang" kata nya memotong. 

"Aku bersyukur telah bertemu kamu lagi" ujar nya tersenyum. 

"Terus?" Tanya ku. 

"Aku minta maaf. Telah bikin onar disekolah dulu, aku selalu merepotkan mu bahkan sampai membuatmu marah-marah" kata Hisyam meminta maaf.

Hujan tiba-tiba turun dengan deras. 

"Hemm... Iya aku maafkan, aku juga minta maaf kalo aku dulu sering membalasmu dengan pukulan sampai kamu memar" kataku tersenyum. 

"Hmm ... Gapapa rum, aku pantas nerima itu kok" balasnya menjawab. 

Si Hisyam juga mengatakan bahwa dia sudah minta maaf pada semua teman-teman dan para guru di SMP. 

Dia juga bercerita bahwa dia sudah benar-benar bertaubat ke Yang Maha Mengampuni. 

Ternyata sudah insaf toh!, pikirku. 

"Ya sudah Hisyam, aku lega kita bisa bertemu seperti ini dan sekaligus kita saling meminta maaf dan memaafkan" kata ku tersenyum.

"Ya sudah, aku ke kelas dulu ya" kataku sambil melangkah pergi. 

Tiba-tiba Hisyam menarik lengan ku hingga aku kembali menghadap dirinya. Dia menggenggam tanganku dan segera dilepaskannya "eh.. Maaf ya..."

"Aku sudah lama menanti untuk bertemu kamu, aku selalu berdoa pada Yang Kuasa untuk bisa bertemu kamu" kata Hisyam gugup. 

Ya Allah, aku memang selalu memperhatikan dirinya sejak kecil tanpa alasan dan aku selalu memikirkannya. 

Saat masuk SMP kami berbeda sekolah, Kemudian pada saat kelas 7 semester 2 dia pindah ke sekolah ku. 

Tiba-tiba ... "Aku suka kamu" kata Hisyam tersenyum. 

Aku tak jelas dengan apa yang dia ucapkan. " Apa Syam ??" Tanyaku. 

"Ee ... Enggak kok, nggak ... Aku nggak ngomong apa apa" sejenak Hisyam membuang muka dan melihatku lagi dengan senyum manisnya. 

Ya Allah, apa benar yang aku dengar, tapi kenapa dia tidak menjelaskan lagi. 

Entahlah, tiba-tiba badanku lemas dan jantung ku berdetak tak beraturan. Apa ini??Maksudnya apa ini. 

"Rum, ayo aku traktir mie depan situ, kamu kan suka banget ama mie" kata Hisyam mengusir rasa malunya.

Akupun tersenyum. 

"Terserah kamu, mau menyukai ku atau tidak, aku tidak peduli. Tapi kata-katamu tadi cukup membuat ku kaget. Ya sudah kita nanti kesana" kata ku tersenyum tersipu malu. 

Aku segera melangkah pergi menuju kelas.  

..

Aku yakin seorang remaja yang memiliki cerita sejarah tentang kenakalannya. 

Suatu saat pasti dia akan menyadari dan akan menjadi orang yang lebih baik dari masa lalunya. 

Yaa ... Begitulah sisi - sisi kehidupan, kita janganlah terpuruk dalam sisi yang jelek terus, kita harus bangkit dan terus berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan lagi.

Tamat

1 komentar untuk "Si Hisyam"

  1. Bagus mbak Fiza ternyata berbakat. Kembangkan terus ya bakatnya. Lukisannya juga bagus bagus. 👍👍👍

    BalasHapus