Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Layang-layang Ditelan Badai (20)

 

Jendela Hati

Ninien Supiyati

“Emmhhh..!!!” si pelayan sekali lagi hanya bisa menggeram

“Dan kau…kau adalah perempuan yang disuruh memata-matai aku! karena perempuan ini,” bos kini beralih ke  turis wanita. 

”Sedang apa dia bersamaku, dan tugasmu adalah untuk mengenali wajahku. Betul?...Ayo..katakan!" kata bos sambil mengangkat dagu si turis.

“Aku tahu itu. Tadi malam di rumah makan Indonesia, aku sedang berjalan menuju kasir dan kau.." kata bos sambil menunjuk pelayan

"Kau berjalan dibelakangku. Aku melihat bayanganmu dari kaca pintu keluar. Kau berhenti sejenak dan menghadap kearah meja turis palsu itu" si bos masih berbicara dengan pelayan.

"Dan turis ini mengerdipkan mata dan tersenyum padamu. Lalu kau  bergegas melangkah mengikuti aku. Apa maksud semua itu hah! Terungkap semua kepalsuan itu.”

“Sedangkan kau bukan orang asing! kau orang Jawa! Hanya wajahmu saja mirip bule. Kalian berdua tak kan kubiarkan hidup,” kata bos pada turis.  

Perempuan yang menyamar sebagai turis itu bisa saja melepaskan diri semenjak dirumah makan kalau dia mau. Tapi dia memikirkan keselamatan si pelayan.

“Ikat kaki mereka!” kata si bos

Kedua temannya bergegas mengambil tali, dan mengikat kaki keduanya.

Si bos juga memerintahkan untuk memisahkan keduanya. Entah apa rencana berikutnya.

Kedua orang itu disekap terpisah agak jauh. Turis wanita disekap dekat dengan jendela. Sedangkan si pelayan di pojok ruangan.

Setelah memisahkan keduanya, para kawanan tadi keluar dan mengunci pintu dari luar. 

Tidak perlu penjagaan, karena dirasa ikatan mereka cukup kuat. Tak mungkin mereka bisa lepas dari ikatan sekuat itu. 

Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki kawanan tersebut meninggalkan rumah.

Mengetahui kawanan sudah pergi, si turis asing dengan susah payah dia berusaha berdiri, dan menyeimbangkan tubuhnya, namun tidak berhasil.

Kemudian turis asing berusaha memutar otak. Dengan bertumpu pada genggaman kedua tangan yang terikat, ia menekankan tangannya ke lantai sampai pantatnya terangkat, kemudian menggeser pantatnya ke kanan. 

Setelah itu, kedua kakinya yang terikat dia gerakkan keatas dan menggesernya kekanan searah dengan pantatnya.

Ia melakukan itu berulang kali sampai turis wanita tadi berhasil mendekati teralis besi yang sudah karatan.

Ketika dirasa posisinya sudah seimbang, ia menggesek-gesekkan mulutnya yang tertutup lakban ke teralis besi di jendela.

Meskipun tidak tajam, namun usahanya berhasil. Kini lakban di mulutnya sudah terbuka. Sobek.

Kini ia berusaha mendekati si pelayan. Dengan tangan dan kaki terikat, tentu sangat sulit meskipun si pelayan hanya berjarak beberapa meter darinya.

Namun dengan satu gerakan, ia kini sudah berada di samping si pelayan. Dengan cara menjatuhkan diri dan menggelindingkan tubuhnya.

Ia melanjutkan gerakannya, berpindah ke belakang pelayan. Kini mereka saling membelakangi. Saling beradu punggung.

Si turis masih melanjutkan aksinya. Ia berusaha melepas ikatan tangan si pelayan. Usahanya berhasil. 

"Rosa, kini lepaskan ikatanku!" kata turis wanita

Ternyata pelayan tersebut adalah Rosa yang sedang menyamar. Rumah makan itu milik budhenya. Jadi tak ada kesulitan baginya untuk meminjam seragam pelayan. 

Seminggu yang lalu, tepatnya malam Minggu, Rosa merasa curiga pada Andri. 

Mengapa dengan tiba-tiba Andri membatalkan niatnya untuk makan malam dirumah makan tersebut, padahal mobil yang mereka tumpangi sudah di area parkir rumah makan.

Saat mengantarkan Rosa pulangpun, Andri nampak begitu tergesa gesa. Bahkan dia hampir jatuh ketika turun dari mobil.

Untuk memenuhi rasa ingin tahunya, Rosa menyamar menjadi turis asing.

Karena curiga dengan pembicaraan yang dilakukan oleh Andri dan kawan-kawannya yang didengar sewaktu menyamar itulah, Rosa segera melapor ke Polisi. 

Polisi mengenalkan Anita kepada Rosa agar mereka bisa bekerja sama. Polisi menugaskan Anita untuk menyelidiki laporan Rosa.

Dan yang menyamar menjadi turis asing selanjutnya adalah Anita.

Tangan Rosa yang sudah tidak terikat, berusaha melepas tali ikatan di tangan Anita.

Baginya cukup sulit melepas ikatan itu, namun ia berusaha tenang dan berusaha mengurai ikatan tersebut. 

Usahanya tidak sia-sia. Kini ikatan di tangan Anita sudah terlepas. 

Kini mereka berdua berusaha melepas ikatan di kakinya masing-masing. Dan melepas lakban di mulut.

Rosa lagi-lagi kesulitan melepas ikatan di kakinya. Sedangkan Anita, dengan sedikit tarikan saja, sudah berhasil melepaskan ikatannya. 

Anita segera membantu Rosa melepaskan ikatan kakinya. Namun karena Rosa salah dalam mengurai ikatan, kini ikatan di kakinya justru semakin rapat!

Sementara sayup-sayup terdengar beberapa suara laki-laki sedang mengobrol. Semakin lama, suara tersebut semakin mendekat.

Rosa dan Anita yakin, itu adalah suara gerombolan Andri. 

Anita berusaha lebih cepat untuk melepas ikatan kaki Rosa. 

Suara obrolan terdengar semakin jelas. Menandakan gerombolan Andri semakin dekat. Kini mereka sudah di halaman rumah.

Rosa merasakan ikatan di kakinya sudah agak longgar. Ini berarti usaha Anita hampir berhasil. 

Dan benar! Dengan sekali tarikan, kaki Rosa terbebas dari ikatan.

Bertepatan dengan itu, rupanya gerombolan Andri sudah masuk ke dalam ruangan tempat mereka disekap.

Andri berada paling depan, diikuti kedua rekannya.

Anita yang baru saja selesai melepas tali ikatan Rosa, dengan sigap berdiri dan menoleh ke arah Andri. 

Sedangkan Andri tertegun melihat keduanya saling berdekatan. Apalagi dalam keadaan sudah tidak terikat. Rasanya ia ingin marah kepada rekannya.

Belum hilang kekagetan Andri, Anita kini sudah berdiri sempurna. Tanpa diduga, ia meloncat ke arah Andri.

Ketika sudah tak berjarak, Anita melepaskan tendangan tepat ke ulu hati. Telak! Kini Andri tergeletak kesakitan memegangi bagian ulu hatinya.

Sementara kedua rekannya di belakang segera mengambil posisi. Mereka mengitari Anita. Kini mereka berdua sudah dibelakang Anita.

Perhatian Anita masih tertuju pada Andri. Tak disangka, Andri begitu cepat berdiri. Ia mengabaikan ngilu di ulu hatinya. 

Tidak sia-sia dia dijuluki si Bos! Gumam Anita

Tidak berhenti disitu, rupanya Andri sudah menyiapkan serangan balasan. Dia melompat ke arah Anita dan berniat menyarangkan tendangan di dada Anita.

Namun Anita lebih sigap. Dia dapat menangkap kaki Andri yang sedang menendang. 

Dia justru melancarkan serangan balik. Melakukan sapuan pada kaki Andri yang masih menjejak lantai.

Andri jatuh. Kepalanya membentur lantai cukup keras.

Merasa diatas angin, Anita lengah. Salah seorang komplotan dengan sigap mendekap Anita dari belakang.

Sebagai Bhayangkara, rupanya ilmu beladiri Anita terlatih cukup baik. Dengan sekali hentakan, ia dapat melepaskan dekapan itu.

Kini si pendekap yang harus merasakan serangan balik dari Anita. 

Dengan memutar tubuhnya, Anita melancarkan pukulan yang sangat keras, tepat di bawah tengkuknya. 

Hingga membuat si pendekap terhuyung-huyung, dan jatuh. Ringkihan kesakitan keluar dari mulutnya.

"Berhenti..!!!"

Tiba-tiba dipojok ruangan, seorang pria setengah baya mendekap Rosa dan menodongkan pisau di lehernya.

"Berhenti! Atau temanmu ini kehilangan nyawanya!"

Anita baru menyadari, bahwa pria setengah baya itu adalah sopir dari komplotan ini.

Wajah Rosa pucat pasi. Untuk kedua kalinya ia merasakan dinginnya pisau di lehernya.

Kini Anita tidak bisa gegabah melancarkan serangan. Ia berusaha untuk bernegosiasi dengan pria itu.

"Apa yang kalian lakukan adalah melanggar hukum pak. Sebaiknya menyerah saja" 

Anita dengan langkah yang sangat pelan mendekati Rosa.

"Aku tak peduli..!!! Mundur!" Bentak pria tersebut.

Tanpa disadari, kini Anita sudah sangat dekat dengan keduanya. Anita kini bersiap melumpuhkan pria itu

Dengan sekali gerakan, pisau yang menempel di leher Rosa terlepas. Tidak sampai disitu, Anita juga menyerang kakinya hingga pria tersebut terjengkang kebelakang.

Rosa segera mengambil kesempatan ini. Ia menjauh dari pergumulan tersebut. 

Nafasnya masih kembang kempis.

“Jangan bergerak!” tiba-tiba beberapa orang berseragam Polisi menyeruak masuk dengan menodongkan pistol

“Angkat tangan! Kalian sudah terkepung!”

Rosa dan Anita kini bisa bernafas lega. 

Ketiga orang pria yang sedang mengerang kesakitan diringkus satu-persatu.

Keadaan kini berbalik. Tangan mereka kini diborgol di belakang. Seperti apa yang mereka lakukan pada Rosa dan Anita sebelumnya.

Sebelum dibawa ke kantor Polisi, mereka terlebih dahulu dibawa ke Rumah Sakit. Karena luka yang mereka derita cukup parah, akibat pukulan dan tendangan dari Anita

oOo

Ternyata selama ini Andri adalah gembong  narkotika jenis heroin. Salah satu temannya yang dipanggil Anton adalah anak buahnya. 

Sedangkan pria setengah baya yang mendongkan pisau ke Rosa adalah sopir komplotan ini. Ia juga terlibat dalam jual beli narkotika.

Andri mengedarkan narkotika pada turis asing, karena mereka berani membayar mahal. 

Kini Rosa berada di Kantor Polisi untuk dimintai keterangan. 

Sementara itu, di rumah sakit, seorang Dokter yang membersihkan luka-luka di kepala Anton terkejut bukan main (bersambung)


1 komentar untuk "Layang-layang Ditelan Badai (20)"

  1. Best bets for soccer today - Sports Toto
    Today, we're going to 토토 tell you a few key to checking into soccer betting apps. 토토 사이트 도메인 of the ventureberg.com/ most popular soccer betting options and which ones https://febcasino.com/review/merit-casino/ will

    BalasHapus